Berlangganan

Karena Mereka Tidak Mengemis, Tak Perlulah Menawar Habis-habisan Barang yang Mereka Jual

Sabtu, 26 April, 2025




Ketika sedang berlangsung-jalan, pernakah kalian berjumpa peniaga kaki lima alias asongan yang menjajakan niagaan mereka? Mungkin, saat kalian kehausan di tengah macet ada seseorang penjual minuman keliling yang menjajakan niagaannya di bawah terik matahari. Kalian pun bermaksud membelinya untuk semata-mata membasahi tenggorokan. Akan- tetapi, menurutmu harga yang disajikan begitu mahal. Kalian pun menawar, tapi sebab harga tidak kunjung turun kalian tidak sehingga membeli.

Di segi lain, kalian begitu lebih terbiasa jajan di minimarket, memungut barang yang ingin kalian beli tanpa butuh menawar saat akan- bayar ke kasir.
aBegitulah kira-kira pesan yang ingin disampaikan suatu video berjudul ‘This Poor Coconut Seller was Insulted by a Rich Man’. Video berbahasa Hindiyang diunggah Varun Pruthi ini lumayan viral di bumi maya serta berhasil menghimpunkan 500,00 views serta semakin bertambah.


Kisah mengenai seseorang penjual kelapa muda yang dihina oleh seseorang pria kaya.

Video ini enggak bercerita mengenai kisah Mahabarata alias Ramayana, sejenis cerita-cerita India yang lebih terbiasa kalian tonton di layar kaca Indonesia. Tidak ada tari-tarian. Pokoknya, jauh dari streotip cerita India yang lebih terbiasa dijejalkan di Indonesia. Walau enggak drama percintaan, drama dalam video ini pun lumayan menyentuh. Bercerita mengenai seseorang penjual kelapa muda di pinggir jalan yang melaksanakan tugasnya sebagai penjual. Tiba-tiba, seseorang pria turun dari mobil serta menghadiri penjual kelapa muda. Pria itu bertanya berapa harga suatu kelapa muda serta peniaga itu menjawabnya. Pria tersebut terkejut dengan harga yang diberbagi serta lalu menawarnya, tapi peniaga tersebut menolak.

    “Pak, aku seharian berdiri di sini di bawah terik matahari” begitu kira-kira yang diucapkan peniaga tersebut dengan sopan.

Yang terjadi, pria tersebut justru memaki peniaga tersebut serta menyebutnya perampok. Pria tersebut lalu berangkat meninggalkan peniaga yang hanya dapat berlapang dada dihina sejenis itu. Tidak berbagai lama, pria tersebut kembali lewatsembari mengangkat sebotol minuman. Peniaga kelapa muda itu pun bertanya berapa harga minuman tersebut. Yang nyatanya harganya sama dengan harga kelapa muda yang disajikan penjual itu. Lalu penjual tersebut bertanya kembali berapa harga yang ditawar oleh pria tersebut. Pria tersebut terkejut serta menyatakan sebenarnya ini merupakan minuman bermerek tidak bisa jadi ditawar.

    “Untuk minuman bermerek kalian tidak menawar, untuk peniaga miskin kalian menawar,” ucap peniaga tersebut.



Di sekeliling kami pun, ada lumayan banyak peniaga lumayan kecil yang bisa jadi lebih terbiasa kami perlakukan tidak adil.
Peniaga lumayan kecil di sekeliling kita

Peniaga lumayan kecil di sekeliling kami melalui www.google.co.id

Meski latar belakang video tersebut berada di India, semacamnya ia tetap signifikan dengan keadaan di kurang makin kami di Indonesia. Mungkin, kami lebih terbiasa mengumpat dalam hati tatkala peniaga lumayan kecil di kurang makin kami memberbagi harga yang semacamnya sangat mahal.

    “Bapaknya mau naik haji kalik nih. Era kacang rebus aja lima ribu!”

Sementara kami biasa mengalami barang seragam di cafe, mall, alias restaurant dengan harga yang makin cukup mahal bertubi-tubi lipat dari harga yang diberbagi peniaga tersebut. Tapi, tidak sedikit pun kami merasa kemahalan atas harga yang ditawarkan. Bisa jadi kami akan- menjawab, “Ya pasti saja, sebab di tempat-tempat tersebut ada pajak, sewa tempat, serta lumayan banyak faktor yang dibebankan terhadap pembeli.”

Yang kami tidak tahu, peniaga lumayan kecil di sekeliling kami harus bangkit makin pagi untuk menyiapkan niagaan, pulang makin larut supaya niagaannya habis serta tidak tersisa. Ada anggaran ‘keamanan’ yang bisa jadi harus mereka keluarkan saat berjualan di jalan. Tidak jarang, mereka harus mempertaruhkan keselamatan dirimereka untuk berjualan di tengah jalan alias naik turun bus kota dalam keadaan berlangsung.


Mereka enggak peminta-minta, mereka hanya ingin mencari nafkahdengan tutorial yang halal.
Mereka hanya berharap kami membeli

Mereka hanya berharap kami membeli melalui ainuamri.wordpress.com

Mereka tidak ingin dikasihani. Mereka juga enggak meminta sedekah. Yang mereka inginkan merupakan kami membeli yang mereka jual dengan ikhlas. Kadang tidak jarang kan kami menjumpai peniaga sejenis ini yang telah lanjut usia. Mereka tetap dengan gigih menjajakan barang niagaannya dengan sopan. Dengan keterbatasan ekonomi itu, mereka tetap bekerja keras mencari rezeki serta enggak hanya berpangku tangan menginginkan bantuan. Mereka bekerja mencari nafkah dengan halal.

Sewajibnya, keberadaan mereka dapat menjadi spirit untuk kami yang tetap berumur muda. Dengan pendidikan yang makin serta takdir yang jauh makin beruntung dari pada mereka, kami harus makin spirit serta optimis menjalani kehidupan.

    Semisal kebetulan kalian berjumpa mereka di jalan, carilah argumen untuk membeli niagaan mereka.
Karena Mereka Tidak Mengemis, Tak Perlulah Menawar Habis-habisan Barang yang Mereka Jual